Rabu, 22 April 2009

GURU-GURU KECILKU

Aku seperti hidup dalam dunia sinetron setelah aku berkomunikasi lagi dengan seorang siswa dari sekolah tempat aku praktek mengajar dulu di Madiun. Awalnya Komunikasi kami hanya lewat friendster dan YM (yahoo messenger). Kami sudah seperti kakak-adik. Kami saling menceritakan masalah masing-masing. Dan aku begitu shock ketika mengetahui ternyata remaja cowok yang usianya lebih muda 5 tahun dari aku itu ternyata tengah mengidap penyakit leukimia. LEUKIMIA???penyakit kanker darah. Dan dari hasil pemeriksaan dokter ketika ia drop terakhir, dokter memvonis usianya tinggal 3 bulan lagi, yaitu akhir tahun ini, bila tidak dilakukan usaha medis, yaitu operasi sumsum tulang belakang, itu bisa dilakukan paling dekat di Singapura yang tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sedangkan orang tua nya hanya pegawai biasa, mana mungkin mampu membiayainya.

Dan begitu dia ke Surabaya untuk pendaftaran Perguruan Tinggi, kami bertemu secara langsung. Hatiku begitu iba melihatnya, namun Rahmat bukan tipe remaja yg tampak lemah dan senang dikasihani. Ia menceritakan semua kepada Aku karena dia percaya padaku, dan ia memintaku merahasiakan penyakitnya. Dia sering maen ke tempatku menghabiskan waktu bersama, sharing-sharing masalah hidup maupun agama.
Dia selalu berusaha menciptakan suasana yang penuh canda jika ngobrol, seolah dia remaja normal pada umumnya. Dia sering mengolok-olokku sebagai bentuk keakraban kami, dan aku sama sekali gak tersinggung.


"Mbak Yanti jelek, gak pantes tuh jadi guru, apalagi guruku. Lha guru ma muridnya gedhean muridnya, weee.!!" begitulah ia sering mengolok fisikku yang kecil.
Yang aku kagumi dari Rahmat adalah selain pengetahuannya akan Islam sangat dalam, kadang dia bersikap dewasa dari umurnya, dia selalu memberi semangat kepadaku ketika aku sempat down gara-gara skripsiku terganjal DP (dosen pembimbing) yang killer dan supersibuk, sehingga aku terancam tidak bisa menyelesaikan kuliahku tepat waktu, belum lagi .
“Eh mbak, Tau ga? Aku punya penggemar berat lho...”
“Oh ya?”
“Ya, orangnya cantik ada darah Jepang, jelek-jelek gini kok ya ada cewek cantik yang naksir.”
“Ehem...”
“Dia putrinya dokter yang ngerawat sakitku mbak, kami kenal sejak kecil. Mbak liat aja di fs-nya. Namanya Vi imoetz. Oh ya, kemarin dia baru kirim comment ke aku.”
Klik klik aku membuka profile friendster-nya Rahmat. Di urutan pertama comments-nya ada comment dari Vie. Komen yang dia berikan kepada Rahmat berisi pemberian semangat dan ungkapan kerinduan.
Klik. Aku membuka profile cewek tersebut. Hm...terlihat jelas primary fotonya mengenakan tank top, sehingga memperlihatkan kulitnya yang kuning langsat, matanya sipit, wajah-wajah oriental.
“Cantik.” Hanya itu yang aku ucapkan.
“Tapi seperti itulah dia...” Aku hanya mengangguk menunjukkan bahwa aku paham maksudnya.
“Aku tuh sayang pada dia karena dia seperti adik aku sendiri mbak. Aku kasihan ma dia, dia menderita kanker otak stadium empat. Ayahnya walau seorang dokter tidak mampu membantu menyembuhkannya.”
Aku terlonjak
“Dia tau kalo dia menderita penyakit itu?”
“Ya...”
Rahmat kemudian bercerita panjang lebar soal kehidupan Vi.
*
Aku login ke fs. Di home kudapati new friend request, new comment. Hei, Vie imoetz ngeadd aku, comment dari vivi juga.

Hai, salam kenal....
Itu bunyi comment-nya

Eh di YM da yang nge add juga, ID nya vivi

Vie: Askum
Aku :Wa’alaikumsalam
Vie: Halu mbak, salam kenal. Saya Vi, tmannya Rahmat dari Madiun. Mbak siapa?
Aku : halo vivi, aku yanti temene Rahmat juga.
Vie : Kok kenal Rahmat?
Aku : dulu aku pernah praktek mengajar di sekolah Rahmat...

Kami mengobrol banyak di chat pertama itu, obrolan kami dari awal perkenalan aku ma Rahmat sampe penyakit Rahmat dan sampai kami merubah topik pembicaraan bukan mengenai Rahmat lagi. Hm... dia asyik juga di ajak ngobrol. Beberapa kali kami ngobrol di YM.
Vie: mbak Yanti lucu juga ya, seru. Pantes Rahmat sering crita ttg mbak. Jadi pgn ketmu mbak ni. Liburan depan insyaallah vi mo ikut Rahmat k sby, kalo diijinin papa. Mau maen ke tmpate mbak.
Aku : ya vi, silahkan.
Vie : Tau ga mbak, vi cemburu lho liat Rahmat srg crita soal mbak. Klo ma mbak, Rahmat srg crita soal vi ga?
Aku: Hm... Rahmat selalu nyeritain temen2nya, termasuk vi
Vie : Owh
Aku : 
Vie : Rahmat juga crita ke mbak soal kondisi vi sebenarnya?
Maksudnya?
Vie : Ya sakit vi...
Aku : Owh
Vie :Dah tau ya mbak?
Aku: 
Vie : Ga papa kok mbak, alhamdulillah kondisi vi sekarang sudah membaik
Aku : Oh, alhamdulillah kalo gitu
Vie : Mbak, menurut mbak Rahmat tu baik ga?
mbak, vi sayang bgt ma Rahmat. Yang vi suka dari Rahmat dy itu baik. Dy yang selalu ngasih vi semangat, membuat vi ceria. Lima bulan yang lalu ketika vi koma, dy yg sllu nungguin vi. Yah, vi emang ga pnya sodara dekat lg. Papa dokter, jadi ga bisa terus nungguin vi n vi anak tunggal, mama dah meninggal ketika melahirkan vi.

Aq membaca pesan dari vi dengan perasaan masygul. Dia anak yang malang. Aku sudah mendengar kisah tentang dirinya dari Rahmat.
Vie :Ketika vi bangun, yang vi liat Rahmat lg nungguin vi dg teruz berdzikir. Lalu Rahmat terus ngasih support sampe vi pulih kmbali dan bisa skul. Sejak itu vi jatuh cinta ma Rahmat dan berjanji akan mengabdi padanya.
Aku: Oh ya?
Hatiku takjub
Vie : Tapi mbak, Rahmat selalu menghindar kalo vi bicara masalah itu. Vi jd malu ndiri ma Rahmat.
Aku : Vi, mengertilah. Kmu tau ndiri Rahmat gimana, dy muslim yag taat kan, dan hdpnya selalu mengikuti syari’at Islam. Dy tau bagaimana Islam mengatur pergaulan... dan saat ini kondisi kalian belum waktunya ke arah situ. Percayalah, kalo kalian dah sama2 dwsa dan klo Allah menakdirkan jodoh, insyaAllah klian akan bersama.
Vie : Owh gitu ya mbak?pantes Rahmat seneng bgt crita ttg mbak, selain lucu mbak juga sholeha
Idungku kembang kempis, dalam hati aku mengaminkan pesan Vivi
Aku : Ga sebegitu kale vi, malah Rahmat itu masih sering ngritik aku soal penampilan, pergaulan. Mbak juga lom baek kok,tapi insyaAllah pengin memperbaiki diri.
Vie : Mbak, vi juga pengin makin mendekatkan diri ma Allag, vi pengin berjilbab kayak mbak, bantuin vi ya mbak..
Aku : insyaAllah Vi, kita saling mengingatkan.
.................

Rahmat pulang ke madiun, hari pertama di rumah dia belum OL di YM, tumben... aku sms juga ga dibalez, mungkin dia lagi kehabisan pulsa.
Besoknya malam dia akhirnya OL juga.
Askum
Sapanya, lha kok bahsanya beda, biasanya dia salam pake kata asslm
Aku : Wa’alaikumsalam
Mbak, ni vi. Rahmat lg drop mbak, dy lom bangun, masih menggunakan alat bantu oksigen
Aku : Ha? Aq terlonjak
Vie :Ya, kmrn plg dr sby dy lgsg drop. Ortunya sedang dinas di luar kota, kemarin mlm adiknya telp papa, dan kmi langsung menjmputnya.
Aku : Astaghfirullah, bagaimna keadaannya skrg?
Vie : Kata papa pnyakitnya makin parah, kankernya memasuki stadium lanjut. Sempat terjadi pembengkakan kelenjar limfa. Alhamdulillah kemarin kami segera menjemputnya dan papa segera menanganinya, jadi tidak sampai parah. Kondisinya sudah membaik skrg, tapi dy lom bangun.
Aku : Alhamdulillah..
Aku agak lega
Vie : Mbak Rahmat bangun.
Aku : Oh ya?
Ada sedikit kelegaan lagi
Vie :Dy pengin c8 ma mbak
Aku : Lho ga usah, biarkan dy istrht.
Rahmat: Halo asslm mbak jelek
Aku : Rahmat?
Rahmat: Lgi ngomongin aq ya?
Aku : Kamu ga pa pa to le?
Rahmat: Dah membaik kok mbak, mbak ga usah khawatir
Aku : Ya, alhamdulillah kalo gt
Rahmat: Mbak...
Aku : dalem?
Rahmat: Aq brhutang nyawa ma vi mbak, tadi darahku smpt drop, aku butuh donor utk tetap brthan. Dan vi mendonorkn drhnya. Klo vi ga donorin darahny ga tau bagaimna aq skrg.
Aku : Subhanallah
Rahmat: Aq ga tau gmna vi nyakinin papany buat ngijinin donorin drahnya. Pdhl kndisi tbhnya spt tu
Aku diam bingung mau menulis apa. Kagum, kaget terenyuh menjadi satu.

Selang dua hari Rahmat sudah balik ke Surabaya. Dia terlihat bugar tersenyum renyah ketika bertemu denganku, seolah sebelumnya tidak terjadi apa-apa dengan dia, seolah sebelumnya maut tidak pernah mengancamnya... dan seperti biasa dia mengolok-olokku.
“Ah, biasa kok mbak. Kalo aku lagi kambuh gak kerasa sakit blas kok mbak, paling cuma lemes ma berkunang-kunang aja, kemudian dunia menjadi gelap, hehehehe...” Jawabnya enteng ketika aku menanyakan soal kekambuhannya kemarin.
“Kamu ini, sakit kok buat main-main???”
Dia hanya tersenyum.
“Oh ya mbak, laen kali aku temuin ma Vi, kalo kita sama-sama pulang ato Vi katanya mau ikut aku ke Surabaya.”
“Oh ya sip.” Jawabku mantap.

Dua minggu kemudian Rahmat mudik lagi. Biasa, jadwal cek ke dokter dua minggu sekali.
Vie : Askum
Sapa Vi di YM ketika seperti biasa mereka sama-sama On Line di Yahoo Messenger.
Aku : Wa’alaikumsalam
Vie: Mbak Rahmat di sini lho...
Aku : Oh ya?
Vie: Ya, ma papa dy suruh nginep di rumahku, soale besok msh da pemeriksaan lagi.
Aku : Lha, dy napa?
Vie: Ga pa2 kok mbak, Cuma mastiin keadaanya buat menjalani terapi
Aku : Wew
Ternyata Rahmat pun OL, maka aku chat ma dua remaja itu. Mereka mengerjai aku dengan bertukar ID sehingga aku bingung bicara ma siapa. Rasanya gemes sekali aku sama mereka, awas kalau ketemu...kapan ya, gak sabar rasanya..
Vie: Mbak, vi capek. Vi istrirahat dlu ya
Aku : Ya vi, met istirahat
Vie: Askum
Aku : Wa’alaikumsalam
Obrolan aku dengan Rahmat berlanjut beberapa saat sampai Rahmat pamit karena ngantuk.
Rahmat: Vi dah tidur mbak, aq jg dah ngntuk. Af1 ga bisa nemenin sampe mlm.
Aku : Ga pa pa mat.
Rahmat: Asslm
Aku : wa’alaikunsalam
Dan dia sign out

Jam 22.30 ada sms dari Rahmat
Mbak, mohon doanya, kondisi vi kritis. Terjadi pembengkakan di pembuluh darah otaknya. Dy koma skrg.
Aku membalasnya
Astaghfirullah mat, sangat parah kah?
Tak ada balasan dari Rahmat, mungkin pikirannya sekarang sedang kalut.

Jam 05.00, ada sms dari Rahmat lagi. Firasatku makin ga enak
Mbak, doain vi mbak. Hari ini vi mau dibawa ke Solo. Kndisinya mkin kritis.

Jam 20.00 lagi-lagi da sms dari Rahmat
Mbak, af1 aq ga bisa nepatin jnji buat nemuin mbak ma vi.

Aku kaget ga percaya dengan sms yang aku baca. Tanpa fikir panjang aku pencet call ke nomor Rahmat
“Mbak...vi mbak...” hanya itu yang keluar dari bibir Rahmat
“Innalillahi wa innallaihi raji’un...tabah ya Mat!” kataku memberi semangat kepada Rahmat, padahal sebenarnya aku sendiri merasakan tulang-tulangku sudah tidak mampu lagi menopang tubuhku.
“Mbak, maafin Vi kalo Vi da salah...”
“Ya Mat.”
“Doain vi tenang di alam sana, dan diberi jalan yang lapang oleh Allah..”
“Amien...”
Subhanallah, begitu tenang kepergiannya. Begitu ringan pamitannya. Pamit istirahat pada chatnya yang terakhit adalah pamit istirahatnya yang terakhir dan untuk selamanya.
Ya Allah, terimalah Vi di samping-Mu. Berilah kehidupan yang terang dan lapang di alam kekal-Mu.
Ya Allah lindungilah Vi di alam kekal-Mu dan Rahmat di dunia ini. Mereka adalah guru-guru kecilku, yang mengajarkanku betapa berartinya hidup ini, yang mengajarkanku bahwa maut bukan suatu ancaman yang harus kita takuti, bahwa masih banyak orang yang lebih malang dari kita, sehingga kita harus banyak bersyukur pada Allah dan bahwa aku harus kuat menghadapi segala cobaan hidup.
Amien

0 komentar:

Posting Komentar

 

Followers

Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template Vector by DaPino